Kamis, 21 Juni 2012

Rahasia Dibalik Surat Al-Mulk

Rasulullah SAW bersabda, "terdapat satu surat di dalam Al-Qur'an yang terdiri dari 30 ayat (maksudnya surat al-mulk), surat ini akan menjadi pembela  bagi pembacanya hingga ia akan dimasukkan ke dalam surga". (HR. At Tabrani Dalam Kitab Khazinatul Asrar hal 169)


Di dalam kitab tersebut juga diterangkan, " Surat Tabarak (Al-Mulk) akan menjadi pembela, penyelamat dari siksa kubur". Dan beliau juga berkata, "aku berharap bila surat ini (al-mulk) berada didalam hati sanubari setiap orang mukmin".

Subhanallah, hadist yang telah disabdakan oleh Rasulullah SAW merupakan sebuah kabar gembira bagi kita sebagai umatnya, yang sangat mengharapkan keberkahan dan keselamatan di dunia dan akhirat. Tidak perlu jauh-jauh bagi kita untuk membayangkan keselamatan di akhirat, bila kita di dunia mempunyai urusan di pengadilan tentu butuh adanya pembela dan pengacara agar kita selamat dari proses pengadilan yang akan menjerat kita. Maka di alam kubur yang merupakan gerbang pertama menuju alam akhirat, kita semua pasti lebih membutuhkan pembela yang bisa memberi rasa aman dari berbagai kekhawatiran yang akan dihadapi.

Lebih dari itu, pastilah kita tahu bahwa setiap kalimat atau ucapan yang sering kita lontarkan maka akan membentuk kepribadian kita. Maka itu kita sebagai orang tua / orang dewasa memberikan contoh yang baik bagi anak-anak kita dan melarangnya untuk berkata yang tidak sopan, karena ucapan tersebut akan berakibat negatif pada jiwa dan prilakunya. Mengutip perkataan Sayyid Muhammad Haqqi Muallif Khazinatul Asrar :

"Barang siapa yang membiasakan membaca surat al-mulk, maka karakter dari surat tersebut akan menular kepada pembacanya yang berupa pangkat dan posisi yang tinggi di akhirat"

Dengan niat yang baik, insya Allah akan muncul keberkahan di dalam sendi kehidupan yang kita jalani, baik keberkahan dalam rizki, umur, rumah tangga, karir akan terasa dibawah naungan surat al-mulk.

Menjemput Rizki Dengan Sedekah

Sebuah Kisah 
Indahnya Berbagi... 

         Malam itu di sebuah pesantren yatim - piatu di Jawa seorang pengusaha datang bersilaturahmi ke pengasuh pesantren tersebut. Kemudian berlangsunglah sebuah percakapan antara keduanya. 


"Pak Kyai, saya datang kesini mau minta bantuan do'a, agar hajat saya dikabulkan oleh Allah SWT".Ujar si pengusaha.
"Memangnya saudara mempunyai hajat apa ?". Tanya Pak Kyai dengan ringan.
"Begini Pak Kyai, saya ini punya usaha kilang migas. Saya sedang ikut tender di Riau. Do'akan agar saya bisa menang tender". Jelas si pengusaha.
"Hhhmmm" Pak Kyai hanya bergumam tanpa sedikitpun memberi tanggapan. Entah apa gerangan, mungkin untuk meyakinkan pak Kyai, tiba - tiba si pengusaha berkata.
"Tolong do'akan saya dalam tender ini pak Kyai, insya Allah seandainya saya menang tender, pasti saya akan bersedekah ke pesantren ini". Menanggapi  pernyataan si pengusaha, Pak Kyai yang asli Madura bertanya, 
"Sampeyan hafal surat Al-Fatihah ?!". Si pengusaha menjawab.
" iya Pak Kyai saya hafal".
"Tolong bacakan surat Al-Fatihah itu". Pinta Pak Kyai.
"Memangnya ada apa Pak Kyai, kok tiba-tiba ingin mendengarkan saya baca Al-Fatihah ?". 
"Sudah baca saja..." . Tukas Pak Kyai. Maka sang pengusaha itu pun mulai membacanya.
"Bismillahirrahmaanirrahiim.. Alhamdulillahi rabbil alamiin.. Arrahmanir rahim.. Maaliki yaumiddiin..Iyyaka na'budu wa iyyaka nasta'in....".
"Sudah-sudah cukup, berhenti sampai disitu!" pinta Pak Kyai. Si pengusaha itupun menghentikan bacaannya.
"Ayat yang terakhir sampeyan baca itu mengerti tidak maksudnya..?!". Tanya Pak Kyai.
"Iyyaka na'budu wa iyyaka nasta'in...., Pak Kyai ?" . Tanya si pengusaha menegaskan.
"Ya, yang itu !". Jawab Pak Kyai.
" Ohh.. itu saya sudah tau artinya, hanya kepada Engkaulah Kami menyembah, dan hanya kepada Engkaulah Kami meminta pertolongan". Tandas si pengusaha. Pak Kyai lalu berujar ringan,
"Ohh.., rupanya masih sama Al-Fatihah  sampeyan dengan Al-Fatihah yang saya punya". Si pengusaha kebingungan.
"Maksud Pak Kyai?!" . Tanya si pengusaha dengan heran.
"Saya kira alfatihah sampeyan sudah terbalik menjadi iyyaka nasta'in wa Iyyaka na'budu". Jawab Pak Kyai.
Si pengusaha malah bertambah bingung mendengar penjelasan pak kyai, ia pun berkata.
" Saya masih belum mengerti pak kyai..!". Pak Kyai tersenyum melihat kebingungan si pengusaha, beliau pun menjelaskan,
"Tadi sampeyan bilang kalau menang tender maka sampeyan akan bersedekah ke pesantren ini. Menurut saya itu namanya iyyaka nasta'in wa Iyyaka na'budu. Kalau Al-Fatihah sampeyan gak terbalik, pasti sampeyan sedekah dulu ke pesantren ini, insya Allah pasti menang tender akan terbukti". Keras sekali sindiran yang menghujam jantung hati si pengusaha.

         Ba'da dzuhur esok harinya, Handphone pak Kyai berdering. Rupanya si pengusaha tadi malam.
"Mohon di cek Pak Kyai, saya barusan sudah transfer ke rekening pesantren". Kata si pengusaha, sambil pamit lalu menutup telephon. Sujurus kemudian pak kyai pergi ke Bank membawa buku tabungan, usai di cetak lalu di cek, dan Pak kyai langsung kaget melihat angka 2 dan deretan angka nol (0) yang amat panjang. Hingga Pak Kyai merasa sulit memastikan jumlah uang yang di transfer. Pak Kyai pun bertanya pada teller Bank, "Mbak tolong bantu saya, berapa dana yang ditranfer ke rekening saya ini..?". Sang teller menjawab, " ini nilainya dua ratus juta, pak kyai". 

        Malamnya lepas maghrib, pak Kyai mengumpulkan seluruh ustadz dan santri di pesantren yatim itu. Dan mereka membaca Al-Qur'an, Dzikir dan do'a yang panjang untuk hajat yang ingin dicapai oleh si pengusaha. Seminggu kemudian si pengusaha menelpon pak kyai. "Pak Kyai saya ingin mengucapkan terimakasih atas do'anya tempo hari. Alhamdulillah baru saja saya mendapatkan kabar bahwa perusahaan saya menang tender dengan nilai yang cukup besar..!!". Mendengar itu, Pak Kyai turut bersyukur kepada Allah SWT. Ia bertanya, "Berapa hasil tender yang di dapat?". Kemudian si pengusaha menjawab. "Alhamdulillah.., nilai'a Rp. 9,8 milyar pak kyai".

Subhanallah.., begitu cepat balasan yang diterima pengusaha itu.

Sumber : buletin Al-Misbah, yang diasuh oleh KH. Misbahul Munir. (Tj.Priuk, Jakarta Utara).